Kitty Klein, Ph.D., adalah peneliti di The Social Cognitive Laboratory, North Carolina State University, yang mengatakan bahwa menulis tentang pengalaman yang menegangkan bisa mendorong fungsi kekebalan, mengurangi kemungkinan penularan beberapa penyakit infeksi, dan mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain yang menyangkut sistem kekebalan.
Saat bekerja di laboratoriumnya, baru-baru ini ia memberikan kesan bahwa menulis juga bisa memperbaiki perhatian atau kemampuan berkonsentrasi yang dalam pengertian para psikolog disebut sebagai kerja memori. Perbaikan-perbaikan dalam kemampuan untuk berkonsentrasi tersebut diwujudkan ke dalam hasil dunia nyata seperti ke tingkat fakultas di sebuah universitas yang lebih baik.
Dalam penelitiannya, Kitty menggunakan definisi Randall Engle tentang kapasitas kerja memori-kemampuan untuk menjaga fokus perhatian dalam menghadapi kebingungan atau gangguan. Kerja memori merupakan peramal hasil yang penting dalam pekerjaan-pekerjaan yang kompleks, seperti mengendarai sebuah kendaraan atau menerbangkan sebuah pesawat.
Seseorang dengan kapasitas kerja memori yang lebih tinggi juga bisa mengerjakan tes-tes masuk universitas standar, tes kecerdasan, dan tes pemahaman bacaan. Hubungan-hubungan tersebut bisa jadi buka surprise karena kemampuan untuk memfokuskan perhatian pada informasi yang bersangkutan dibutuhkan untuk mengerjakan dengan baik hampir setiap tugas kognitif yang bisa disebutkan seseorang. Untuk mengukur kapasitasnya, kami menggunakan sebuah tes yang mewajibkan seseorang untuk mencari jawaban aritmatika, sementara pada saat yang sama harus mengingat sederet kata-kata. Semakin banyak kata yang diingat, semakin besar kapasitas kerja memorinya.
Dalam dua eksperimennya, langkah pertama yang dilakukannya adalah mengukur kapasitas kerja memori peserta-pesertanya dengan menggunakan tugas-tugas laboratorium standar. Ia melakukan secara acak menyuruh para peserta untuk menuliskan topik-topik yang berbeda. Dalam eskperimen pertamanya, ia meminta sekelompok mahasiswa semester pertama untuk mengeksplorasi pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan terdalam meraka tentang alasan mereka masuk universitas (kelompok menulis eskpresif).
Kelompok lain diminta untuk menulis tentang bagaimana mereka melewatkan hari-hari yang lalu (kelompok terkontrol). Setiap orang menulis selama waktu 20 menit dalam tiga sesi, dalam rentang waktu tiga minggu. Setelah sesi menulis ketiga, ia mengukur kerja memori lagi. Enam minggu kemudian, setiap orang disuruh kembali ke lab untuk pengukuran kerja memori mereka. Ia kemudian melihat perbedaan skor kerja memori.
Data menunjukkan bahwa mahasiswa baru yang diminta menulis tentang alasan masuk mereka di universitas mencapai 6% dalam kerja memori, sementara kelompok yang menulis tentang hari-hari mereka rata-rata mencapai 3%. Ia lalu menggunakan program analisis teks falam untuk melihat apakah orang-orang yang menulis secara ekspresif menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kelompok terkontrol. Seperti dalam penelitian terdahulunya, manfaat kesehatan menjadi pusat perhatiannya. Penulis-penulis eskpresif menunjukkan peningkatan dalam penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pemahaman dan alasan-alasan dalam esai. Semakin besar peningkatan tersebut, maka semakin besar pula peningkatan mereka dalam kemampuan untuk memfokuskan perhatian. Akhirnya, ia melihat nilai rata-rata untuk para siswa tersebut pada semester yang bersangkutan dan semester musim semi selanjutnya. Orang-orang yang memperlihatkan peningkatan kerja memori pada tes laboratorium memiliki nilai yang lebih baik pada semester di mana percobaan dilakukan, bahkan nilai yang lebih baik pada semester selanjutnya.
Kemudian, pada eskperimen keduanya, Kitty memakai prosedur dan waktu sesi yang sama dalam mengukur kerja memori tapi ia mempunyai tiga kelompok penulis yang berbeda. Kelompok pertama, yaitu mereka yang menulis tentang kejadian pribadi yang negatif. Kelompok kedua, yaitu kelompok yang menulis tentang pengalaman positif. Dan, kelompok ketiga adalah kelompok yang menulis tentang aktivitas kesehariannya. Ketiga kelompok tersebut kemudian diperintahkan untuk menulis sesuai dengan topik-topik yang telah diberika dan dibagi dalam beberapa sesi.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketiga kelompok itu mempunyai perbedaan yang mencolok. Kelompok pertama menunjukkan perkembangan rata-rata 11% dalam kerja memori. Kelompok kedua memiliki skor perkembangan kerja memori 4% dan kelompok ketiga mempunya skor memori hanya 2,5%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa, "Semakin besar pengurangan terhadap pikiran-pikiran negatif, akan semakin besar perkembangannya dalam kapasitas perhatian," ujar Kitty.
Dalam dua penelitian yang dijelaskan di atas, orang-orang yang menulis tentang pengalaman yang membuat stres menunjukkan pertumbuhan dalam kemampuan mereka berkonsentrasi yang diukur dengan tes kapasitas kerja memori standar. Penjelasan tentang penemuan ini adalah bahwa memori/ingatan kita akan pengalaman negatif atau traumatis seringkali terpisah-pisah dan tidak terorganisasi seperti pecahan-pecahan mimpi buruk. Ketika kita menulis tentang hal tersebut, memori kita secar berangsur-angsur menjadi saling berlengketan, membiarkan kita memahami hal-hal yang telah terjadi, dan memperlakukan emosi-emosi yang melingkupi pengalaman tersebut dengan lebih baik.
"Kita ...," ujar Kitty, "... tidak dapat melupakan pengalaman-pengalaman traumatis, tapi tulisan ekspresif bisa mentransformasi memori-memori kita sehingga kita tidak diganggu terus-menerus oleh pikiran-pikiran negatif tentang kejadian-kejadian traumatis tersebut."
Sumber : Buku The Miracle of Writing